Peran Ayah untuk Anak, Bukan Hanya Sekadar Mesin Pencetak Uang

Riyadh Rasydan Ramadhan
Universitas Muhammadiyah Malang

Saat mendengar kata ‘Ayah’, apa yang terlintas di pikiran anda? Pastinya banyak yang menjawab bahwa Ayah adalah sosok yang tangguh dan hebat, yang siap mengorbankan seluruh tenaga bahkan hidupnya untuk keluarga. Ya! Itu benar, karena memang seperti itulah tugas dan tanggungjawab seorang Ayah. Namun, yang sering dilupakan adalah tentang betapa pentingnya kehadiran dan peran Ayah dalam tumbuh kembang anak. Banyak yang beranggapan bahwa tugas seorang ayah hanyalah mencari nafkah, sedangkan tugas seorang ibu adalah mengurus urusan rumah tangga, termasuk Anak. Stereotip inilah yang menyebabkan banyaknya anak yang mengalami fenomena ‘fatherless’

Pada era yang serba susah ini, dapat menimbulkan tekanan pada banyak pihak, termasuk Ayah. Mereka pergi saat sang anak masih tertidur dan pulang ketika sang anak sudah tertidur pula. Hal ini semata-mata dilakukan seorang Ayah hanya untuk memberikan kehidupan yang layak bagi keluarganya. Akibatnya, seorang Ayah hanya memiliki sedikit waktu bahkan tidak sama sekali untuk berinteraksi dengan anaknya. Berdasarkan data dari UNICEF tahun 2021, sekitar 20,9% anak-anak di Indonesia tumbuh tanpa kehadiran Ayah. jumlah yang cukup besar dan mengkhawatirkan bagi anak-anak di Indonesia. Lantas, seberapa penting peran Ayah dalam tumbuh kembang anak?

Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal PlosOne, para peneliti meneliti sekelompok anak yang lahir antara tahun 2000 dan 2001 dengan tujuan untuk mengetahui peran ayah terkait perkembangan perilaku kognitif anak. Jangka waktu pengumpulan data dibagi menjadi tiga interval: dari usia 9 bulan hingga 5 tahun, dari usia 3 tahun hingga 5 tahun, dan dari usia 5 tahun hingga 7 tahun.. Hasilnya, diketahui bahwa anak yang dekat dengan ayahnya sejak usia 9 bulan cenderung lebih aktif dan kreatif ketika mereka berusia 5 tahun.

Seorang Ayah adalah teladan atau role model bagi anak-anaknya. Dengan pengalamannya, ia dapat memperluas cakrawala sang Anak. Dengan kehebatan dan ketangguhannya, ia dapat memberikan rasa aman dan meningkatkan kepercayaan diri anak. Dengan keindahan perangainya, ia dapat membentuk moral dan akhlak anak. Untuk anak perempuan, sang ayah dapat menjadi cinta pertamanya. Dari cinta inilah anak perempuan mendapatkan gambaran mengenai peran gender laki-laki yang diwakilkan oleh Ayahnya, jika ayahnya adalah figur yang baik dan hebat, maka akan memberikan pandangan yang positif bagi anak perempuan mengenai hal ini dan sebaliknya. Untuk anak laki-laki, sang Ayah dapat menjadi sosok panutan utama dalam hidupnya, seorang Ayah dapat memberikan gambaran mengenai peran sang anak kelak saat ia remaja atau dewasa nanti. Kesan-kesan dari ayahnya inilah yang nantinya akan menjadi pegangan hidupnya dan akan berdampak pada anak hingga ia dewasa nanti.  Bahkan, menurut seorang psikolog, Khadhra Ulfa, menyatakan bahwa keterlibatan Ayah dalam pengasuhan sangat mempengaruhi perkembangan anak dari segi kognitif, fisik, sosial, emosional dan akademik anak. Peran seorang ayah tak bisa diwakilkan oleh ibu, seorang Ibu memiliki peranannya tersendiri dalam tumbuh kembang anak dan sebaliknya. Maka dari itu, sehebat apapun seorang ibu dalam mengasuh anak, tidak akan pernah sama dan lengkap tanpa hadirnya seorang Ayah.

Jika seorang Ayah tidak hadir dalam tumbuh kembang anak atau yang lebih dikenal dengan istilah ‘fatherless’, dapat mengakibatkan berbagai dampak signifikan bagi tumbuh kembang anak. Melansir dari jurnal Al-Qadau, fatherless dapat mengakibatkan gangguan emosional pada anak, seperti kecemasan, depresi dan rendahnya rasa percaya diri. Fatherless juga berdampak negatif pada perkembangan akhlak dan moral anak. Bahkan tak jarang anak menjadi pribadi yang menutup diri, mudah marah, frustasi dan agresif. Hal-hal ini disebabkan tidak adanya sosok yang menjadi teladan dan pengayom anak. Cinta dan kasih sayang seorang Ayah yang seharusnya anak dapatkan-pun akhirnya tak terpenuhi

Seorang Anak memang memerlukan nafkah material dari ayahnya, untuk dapat penghidupan serta pendidikan yang layak. Namun, hal ini perlu dibarengi dengan cinta dan kasih sayangnya Ayah karena sejatinya hal itu tak kalah penting bagi anak. Jika hal itu tak didapatkan anak, kelak saat remaja atau dewasa nanti ia akan mencari-cari sosok yang bisa mengganti atau menambal peran dari Ayahnya. Bisa saja dalam pencariannya itu ia jatuh dalam cinta yang salah, tak tau seperti apa cinta dan tak dapat mengekspresikannya. Bahkan, yang paling parah, ia bisa kehilangan identitasnya sendiri. Akhirnya hal yang sering dianggap sepele berakibat mengerikan bagi anak

Anak adalah anugerah terbesar yang Tuhan berikan kepada kedua orangtua. Ia lahir dengan keadaan suci dan dibekali oleh fitrah yang cenderung pada kebaikan. Ia dititipkan oleh Tuhan kepada kedua orangtua agar kelak suatu hari nanti dapat menjadi manusia yang hebat dan bermanfaat bagi semua. Anak datang dengan membawa potensi yang besar dalam dirinya. Akan tetapi, anak tidak bisa mengeluarkan potensinya seorang diri. Disana-lah diharapkan kedua orangtua dapat membantu anak memaksimalkan potensinya, menuntun dan membimbingnya dengan penuh cinta, kasih sayang, ketulusan, kesabaran dan juga keikhlasan. Mengasuh anak bukanlah tugas Ibu seorang, tetapi juga merupakan tugas seorang Ayah. Kehadiran dan keaktifan kedua orangtua bisa menjadi sangat bermakna bagi anak, kedua tangan kecilnya butuh gandengan dari dua cinta abadi dalam hidupnya, yaitu ayah dan ibunya. Hal inilah yang dapat menjadi kenangan dan pelajaran berharga baginya untuk mengarungi luasnya kehidupan. Hal ini juga yang nantinya akan diwarisi pada keturunannya kelak.

Seorang Ayah ibaratkan nahkoda rumah tangga, yang menjadi arah dan penentu kemana rumah tangga akan berlabuh. Seperti potensi anak yang diberikan oleh Tuhan, Seorang Ayah-pun diberikan beberapa kelebihan/keutamaan oleh Tuhan untuk memimpin rumah tangga, diantaranya diberikan fisik yang umumnya melebihi seorang Ibu,  diberi kelebihan akal oleh Tuhan, dan lain-lain. Semua hal itu Tuhan berikan kepada Ayah sebagai bekal untuk menjadi seorang pemimpin yang baik bagi istri, anak, ataupun keluarga. Di tengah kesibukannya, seorang Ayah dapat meluangkan sedikit waktunya untuk berinteraksi atau membuat rencana kegiatan bersama anaknya agar anak setidaknya dapat merasakan hadirnya Ayah dalam hidupnya. Mau bagaimanapun, itulah tugas dan tanggungjawab seorang Ayah, memang melelahkan, tapi semua itu dilakukan untuk menciptakan kehidupan keluarga dan masa depan anak yang lebih baik lagi. Dengan bersama, semua akan indah pada waktunya.

Referensi :
Laman I., Ma’ruf, M.A., Sakka R., Meidiyansyah, W. (2023). Pengaruh Fatherless terhadap Akhlak Anak dalam Kajian Hukum Keluarga Islam. Jurnal Al-Qadau. Volume 10 (2)
Nihayati, D.A. (2023). Upaya Pemenuhan Hak Anak Melalui Pencegahan Fatherless. Jurnal Studi Gender dan Anak. Volume 5 (01).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *