Oleh:
Dwi Tara Liandi
Universitas Muhammadiyah Malang
Teknologi adalah kata yang diambil dari bahasa Inggris “Technology” yang diserap dari bahasa Yunani yaitu “Technologia”, dengan makna keahlian pengetahuan. Secara umum, pengertian teknologi adalah ilmu pengetahuan yang didalamnya mempelajari mengenai suatu keterampilan suatu alat, juga metode pengolahan serta ekstraksi dari suatu benda, agar mampu menyelesaikan berbagai permasalahan tertentu serta pekerjaan sehari-hari para manusia pada umumnya. Perkembangan teknologi saat ini tidak terlepas dari adanya arus globalisasi yang semakin meningkat. Penggunaan teknologi semakin eksis dari masa ke masa, semenjak terjadinya revolusi industri yang terjadi pada tahun 1760 hingga 1850. Teknologi yang ada saat ini menjadi bagian yang tidak bisa terpisahkan dari kehidupan sehari-hari manusia, baik itu anak-anak hingga orang dewasa. Berbagai sektor kehidupan sangat bergantung pada perkembangan teknologi, karena teknologi yang ada mampu mengefisiensikan dan memudahkan pekerjaan manusia. Meskipun begitu, nyatanya teknologi yang ada saat ini juga dapat memberikan dampak buruk bagi para penggunanya apabila digunakan secara berlebihan. Dampak yang sangat terasa dari perkembangan teknologi ini adalah penurunan perkembangan anak, baik dari segi kecerdasan hingga psikologisnya.
Berbagai jenis teknologi modern saat ini telah banyak dikembangkan, salah satunya adaah gadget. Tanpa kita sadari, saat ini penggunaan gadget ini banyak digunakan oleh anak-anak. Apabila keadaan tersebut terjadi dalam kurun waktu yang terlalu lama dan dilakukan secara berlebihan maka perkembangan anakpun akan terganggu. Dapat kita ketahui bahwasanya, usia anak-anak adalah usia emas (golden age) yang mana seharusnya anak-anak bisa belajar dari lingkungan sekitar baik itu yang mencakup aspek agama, moral, fisik, motorik, kognitif, hingga sosio-emosional. Penggunaan gadget yang berlebihan dapat melemahkan nilai agama dan moral anak yang mana hal tersebut menyebabkan karakter anak cenderung lebih buruk. Disamping itu, penggunaan gadget yang terlalu lama juga akan menurunkan aktivitas gerakan motorik dan fisik, sehingga dapat mengganggu kesehatan fisik anak. Keadaan tersebut menjadi salah satu alasan anak-anak mengalami keterlambatan perkembangan dan bahkan bisa mengalami gangguan mental akibat adanya cyber bullying dan ujaran kebencian pada saat menggunakan gadget atau teknologi.
Berbagai peneliti pun juga telah melakukan berbagai kajian mengenai dampak penggunaan teknologi bagi perkembangan anak. Salah satunya ialah penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2023) yang berjudul “Dampak Penggunaan Gadget terhadap Perkembangan Psikologi pada Anak Sekolah Dasar” menunjukkan bahwa dari sampel berjumlah 10 siswa kelas lima SD menggunakan gadget (teknologi) lebih dari 2 jam per hari memperlihatkan adanya perubahan perilaku baik dalam segi positif maupun negatif. Ditinjau dari segi positifnya yaitu anak-anak lebih mudah untuk berkomunikasi dengan teman dan mencari informasi mengenai pembelajaran, tetapi untuk segi negatifnya adalah anak-anak yang menggunakan gadget terlalu lama cenderung lebih mudah emosi, marah, dan suka membangkang.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat kita ketahui bahwa disamping memberikan dampak positif, ternyata teknologi juga dapat membawa kita terjerumus ke dalam hal-hal negatif, terutama terkait dengan perkembangan anak-anak. Oleh sebab itu, maka perlu dilakukan pemantauan dan pengawasan secara berkala terhadap penggunaan teknologi pada anak-anak. Dengan begitu, diharapkan artikel ini dapat membuka wawasan orang tua mengenai dampak penggunaan teknologi kepada anak, sehingga dapat meminimalisir dampak negative yang ditimbulkan.
Ditinjau dari keadaan yang ada saat ini, anak-anak telah mengalami kecenderungan untuk menggunakan teknologi seperti gadget dibandingkan melakukan interkasi sosial, seperti bermain bersama dengan teman. Jika keadaan ini dibiarkan cukup lama maka dapat menyebabkan penurunan interaksi sosial pada anak, sehingga dapat mengganggu perkembangan motorik anak untuk berinteraksi dengan orang asing atau bahkan bisa mempengaruh psikologis dan mental anak untuk bersikap acuh kepada orang lain dan cenderung kurang memiliki rasa empati terhadap sesama. Hal ini sangat terlihat sekali dimana anak-anak lebih memilih fokus dengan dunianya dibandingkan dengan lingkungan disekitarnya. Anak-anak yang menggunakan teknologi juga memiliki kemampuan kognitif yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak yang berusaha belajar dari awal dan memahami setiap materi pembelajaran yang diberikan oleh gurunya. Seadainya saja, penggunaan gadget pada anak bisa dibatasi, maka dampak negatif yang ditimbulkan dapat diminimalisir atau bahkan teknologi tersebut dapat membawa anak-anak ke arah yang lebih positif seperti untuk mempelajari materi yang belum disampaikan oleh guru di sekolah dan bisa membuka wawasan baru bagi anak-anak. Jika dilihat dari aspek psikologisnya, anak yang menggunakan teknologi secara berlebihan cenderung tidak bisa menjaga kestabilan emosinya. Seandainya pengawasan orang tua terhadap penggunaan gadget ini bisa dilaksanakan dengan baik, tentunya anak akan bisa memiliki kemampuan untuk menjaga stabilitas emosinya. Terlebih lagi, perkembangan teknologi yang terjadi begitu signifikan ini juga dapat mengurangi pemahaman anak terhadap diegetika yang memunculkan perilaku dan sikap yang menyimpang dan dapat mengakibatkan merosotnya nilai moralitas bangsa.
Uraian diatas didukung dengan beberapa penelitian terdahulu seperti yang dilakukan oleh Yusuf et al. (2024) menyatakan bahwa dari 80% responden yang diteliti menunjukkan bahwa penggunaan teknologi seperti komunikasi digital akan mempengaruhi kesejahteraan psikologi individu. Hasil menunjukkan bahwa penggunaan teknologi seperti media sosial berhubungan pada peningkatan stress, kecemasan, dan kurangnya kepuasan hidup yang memicu seorang individu lebih mudah marah. Hal serupa juga diungkapkan oleh Siregar dan Tofanao (2021) yang mengungkapkan jika dilihat berdasarkan aspek psikologi, anak-anak yang berada di eradigital 4.0 menjadikan gadget sebagai suatu kebutuhan fundamental yang menimbulkan kesenjangan terhadap orang tua yang tidak mengenal teknologi dengan baik. Keadaan yang sedemikian rupa memicu terjadinya konflik dan merusak perkembangan afektif dan mental anak tanpa sepengetahuan orang tua.
Berdasarkan hal di atas, maka peran orang tua sangat dibutuhkan untuk mengawasi dan melindungi anak dari pengaruh negatif teknologi. Seorang peneliti bernama Sherry Turkle dan bukunya berjudul “Alone Together” menunjukkan bahwa penggunaan teknologi memungkinan anak untuk terhubung satu sama lain, tetapi penggunaannya dapat menghilangkan keterampilan untuk berinteraksi secara langsung sehingga anak akan kesulitan untuk membangun rasa empati terhadap orang lain. Hal tersebut juga didukung oleh pendapat Jean Piaget yang menyatakan bahwa penggunaan teknologi perlu diimbangi dengan kebijakan agar manfaat teknologi dapat merangsang pemikiran kritis pada anak, sehingga tidak sepenuhnya dapat menggangtikan pengalaman psikologi dan sosial pada anal. Dengan begitu, para orang tua diharapkan lebih mawas diri terhadap penggunaan teknologi pada anak agar teknologi tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal.