Dukungan Pada Remaja yang Mengalami Depresi

Oleh:
Putri Najwa Susilo
Universitas Muhammadiyah Malang

            Pada masa sekarang, para remaja banyak menghadapi berbagai perubahan fisik, sebuah emosional dan sosial yang bisa mempengaruhi kesejahteraan mental sesorang. Mengalami depresi ini sering kali terabaikan atau dianggap biasa saja, padahal mengalami depresi ini merupakan gangguan mental serius yang dapat berdampak besar pada kehidupan remaja. Depresi pada remaja ini sering kali muncul dengan gejala yang berbeda dibandingkan dengan orang dewasa dan bisa berhubungan dengan berbagai faktor. Berdasarkan data dari hasil survei kementerian kesehatan RI, prevalensi depresi untuk seluruh usia sebesar 1,4%. Depresi paling tinggi terjadi pada usia sekitar 15-24 tahun yaitu sebesar 2%, depresi ini lebih banyak terjadi pada kalangan perempuan dibandingkan laki-laki. 

            Depresi adalah kondisi kesehatan mental yang serius dan biasanya paling umum terjadi di kalangan remaja. Memahami depresi pada saat remaja sangatlah penting, karena dimana kondisi kita dapat mempengaruhi perkembangan kita dan juga hubungan sosial. Depresi memiliki beberapa jenis yang beberbeda, yang masing-masing memiliki gejala dan penyebab yang berbeda juga yaitu :

            Depresi mayor, adalah jenis depresi yang biasanya ditandai dengan gejala kesedihan, putus asa, dan kesepian, yang berlangsung selama lebih dari dua minggu. Gejala dari depresi ini cukup serius dan berdampak pada kualitas hidup pengidapnya, seperti tidak nafsu makan, tubuh terasa lemas, dan cenderung menghindar dari orang-orang di sekitar. Penyebab jenis depresi ini diduga berkaitan dengan faktor genetik, lingkungan yang berperan besar, dan trauma psikologis. 

            Distimia adalah salah satu jenis depresi yang berlangsung sekitar dua tahun atau lebih. Namun, untuk tingkat keparahan dari gejalanya bisa lebih ringan ataupun lebih berat dibanding jenis depresi sebelumnya. Walaupun tidak mengganggu pola aktivitas sehari-hari seseorang, tetapi distimia dapat memengaruhi kualitas hidup pengidapnya. Misalnya, seperti menjadi tidak percaya diri, sulit konsentrasi, pola pikir terganggu, dan mudah putus asa. 

Depresi Premenstrual,  adalah jenis depresi yang menyerang wanita pada saat menjelang menstruasi. Depresi ini memiliki gangguan suasana hati yang cukup serius, sehingga bisa mengganggu keseimbangan emosi dan perilaku pengidapnya. Kondisi seperti ini biasanya ditandai dengan munculnya rasa sedih, cemas, dan gangguan suasana hati ekstrem, ketika memasuki masa menstruasi atau PMS.            

Gangguan bipolar, adalah jenis depresi yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang sangat drastis. Terdapat dua suasana hati yang bertolak belakang, yaitu mania dan depresi. Mania ditandai dengan munculnya perilaku atau emosi yang meluap-luap, seperti rasa senang atau semangat yang tidak bisa dikendalikan. Begitupun sebaliknya, dapat juga ditunjukkan dengan rasa tidak berdaya, putus asa, dan sedih. Kondisi ini bisa membuat seseorang mengurung diri di kamar, berbicara sangat lambat seolah sedang melantur, dan tidak mau makan

Depresi postpartum, adalah Jenis depresi yang terjadi pada wanita, beberapa minggu atau bulan setelah melahirkan. Gejala ini berdampak pada kesehatan dan ikatan batin antara ibu dan bayinya. Penyebab dari gejala ini adalah perubahan hormon, yaitu ketika hormon estrogen dan progesteron yang tadinya cukup tinggi pada masa kehamilan menurun secara drastis setelah melahirkan.

Gangguan suasana hati musiman, adalah Jenis depresi yang berkaitan dengan musim, tepatnya seperti saat perubahan waktu pada musim dingin atau musim hujan, yang cenderung lebih pendek dan sangat sedikit sinar matahari. Jenis depresi ini biasanya akan membaik dengan sendirinya ketika cuaca sudah lebih cerah dan hangat.

Depresi situasional, adalah jenis depresi yang tidak menentu. Kondisi ini biasanya ditandai dengan munculnya gejala seperti murung, perubahan pola tidur dan pola makan, dan ketika ada kejadian yang memberikan tekanan mental yang cukup tinggi. 

            Depresi di kalangan remaja yang pernah terjadi, salah satu contoh nya adalah terdapat seorang mahasiswi di tanah air yang mengalami depresi akibat putus cinta. Teman nya bilang bahwa mahasiswi tersebut nangis berhari-hari setelah putus dan sering histeris, sehingga teman nya khawatir akan kondisi mental mahasiswi yang sedang putus cinta itu. Mereka dulu sempat tinggal satu kos, tetapi kemudian terpisah karena mahasiswi ini cenderung menarik diri setelah mengalami tekanan akibat putus cinta. Meski sekadar cerita percintaan, kisah semacam ini bukan persoalan sepele. Mahasiswi ini mengatakan ke temannya bahwa dia merasa sendiri dan dia juga bilang ingin bunuh diri. Temannya pun segera menyarankan untuk menemui konselor profesional karena dia sadar tidak memiliki kapasitas yang cukup untuk memberikan pendampingan.

            Tanda-tanda dan gejala dari depresi yang bisanya terjadi yaitu perasaan hampa atau putus asa sehingga merasa tidak berdaya dan kehilangan harapan, perubahan nafsu makan seperti mengalami kehilangan selera makan atau makan berlebihan, mengalami Kesulitan tidur (insomnia) atau tidur terlalu banyak, rasa lelah yang berkepanjangan bahkan setelah cukup tidur, kesulitan dalam mengambil keputusan atau berkonsentrasi pada tugas-tugas sehari-hari. Dalam kasus yang parah, mungkin muncul pemikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bunuh diri. Penyebab dari terjadinya depresi ini bisa sebagai reaksi terhadap suatu peristiwa, misalnya penganiayaan, kekerasan di sekolah, kematian orang terdekat, atau masalah keluarga seperti kekerasan di dalam rumah tangga ataupun perpisahan orang tua. Sehingga seseorang bisa mengalami depresi setelah merasa stres untuk waktu yang lama. 

            Orang-orang yang mengalami depresi ini sebenarnya memiliki beberapa cara untuk mengatasi dari depresi tersebut seperti melakukan konsultasi dengan profesional kesehatan mental sehingga dapat membantu memahami dan mengelola perasaan, melakukan kegiatan aktivitas fisik atau olahraga dapat meningkatkan suasana hati dan mengurangi gejala depresi, berbicara dengan teman atau anggota keluarga tentang perasaan kita bisa sangat membantu, melakukan teknik meditasi dan relaksasi dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan.

            Depresi ini merupakan gangguan kesehatan mental serius yang dapat mempengaruhi kehidupan seseorang, terutama pada masa remaja. Depresi pada remaja sering kali terabaikan atau dianggap biasa, padahal dapat berdampak besar pada perkembangan emosional, sosial, dan psikologis mereka. Gejala depresi pada remaja bisa berbeda dibandingkan dengan orang dewasa, dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk faktor genetik, lingkungan, perubahan fisik, trauma psikologis, atau peristiwa yang memberikan tekanan emosional. Terdapat berbagai jenis depresi, yang masing-masing memiliki gejala dan dampak yang berbeda. Depresi dapat memengaruhi kualitas hidup remaja, mengganggu hubungan sosial, dan bahkan menurunkan prestasi akademik mereka. Penting bagi orang-orang di sekitar remaja untuk memahami gejala-gejala dari depresi dan memberikan dukungan yang tepat. Jika seseorang menunjukkan tanda-tanda depresi sangat penting untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental. Dengan perhatian yang tepat dan penanganan yang cepat, depresi pada remaja dapat diatasi, dan kualitas hidup mereka dapat ditingkatkan kembali.

Referensi:
Dianovinina, K. (2018). Depresi pada Remaja: Gejala dan Permasalahannya. Jurnal Psikogenesis, 6(1).

Darmayanti, N. (2008). Meta-Analisis: Gender dan Depresi pada Remaja. Jurnal Psikologi, 35(2), 164-180.

Amalia, N., Prajoko, L., & Lelah, L. (2020). Implementasi Metode Certainty Factor untuk Konsultasi Jenis Depresi pada Remaja dan Orang Dewasa. Jurnal Ilmiah SANTIKA, 10(1).

Sucahyo, N. (2023). Generasi Strawberry, Tingkat Depresi dan Kecenderungan Bunuh Diri. VOA Indonesia. Diakses dari https://www.voaindonesia.com/a/generasi-strawberry-tingkat-depresi-dan-kecenderungan-bunuh-diri-/7011064.html

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *