Oleh:
Naila Zalfa Adyanti
Universitas Muhammadiyah Malang
Parenting atau pola asuh adalah proses dimana orang tua memberikan pengaruh dan perhatian terhadap tumbuh kembang anak baik dalam aspek fisik, emosionalk, social, maupun intelektual. Parenting memiliki beberapa jenis yang diantaranya, pola asuh otoriter (Authotarian Parenting) merupakan pola asuh yang memberikan aturan yang ketat dan tanpa ada diskusi, yang kedua ada parenting permisif (Permissive Parenting) pola asuh ini cenderung tidak menetapkan banyak aturan atau batasan, selanjutnya ada parenting demokratis (Authotirative Parenting) pola asuh ini dianggap paling ideal karena orang tua memberikan aturan yang jelas, namun tetap bersifat terbuka untuk berdiskusi, yang terakhir ada pola asuh negligent (Neglectful Parenting) adalah pola asuh yang cenderung mengabaikan kebutuhan anak, baik secara fisik maupun emosional. Pola asuh yang diterapkan orang tua sangat berpengaruh dalam membantu anak dengan ADHD mengelola gejala gejalanya.
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan perkembangan yang sering ditemukan pada anak-anak, dengan gejala utama berupa kurangnya perhatian, perilaku hiperaktif, dan impulsivitas. Gangguan ini tidak hanya memengaruhi kemampuan anak untuk belajar di lingkungan sekolah, tetapi juga berdampak pada hubungan sosial, emosional, dan kesejahteraan secara keseluruhan. Anak dengan ADHD sering kali kesulitan untuk mengikuti aturan, fokus pada tugas tertentu, dan mengendalikan emosi mereka (Marito, 2025). ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) merupakan cacat dimana anak secara konsisten menunjukkan satu atau lebih karakteristik selama satu periode waktu meliputi (1) perhatian tidak fokus, (2) hiperaktivitas, (3) sifat implusif (Silitonga. 2023). Salah satu elemen terpenting dalam
penanganan ADHD adalah peran orang tua. Pendekatan parenting yang konsisten, penuh kasih, dan berbasis penguatan positif terbukti sangat efektikf dalam membantu anak dengan ADHD mengelola gejalanya.
Berdasarkan data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sekitar 9,4% anak anak di Amerika Serikat didiagnosa dengan ADHD, yang berarti lebih dari 6 juta anak. Prevalensi ini lebih tinggi pada anak laki laki (12,9%) dibandingkan dengan anak Perempuan (5,6%). Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh beberapa Lembaga Kesehatan dan Psikologi Indonesia, prevalensi ADHD pada anak di Indonesia diperkirakan 5- 7%. Faktor penyebab ADHD mencakup genetik, sekitar 70-80% kasus yang berkaitan dengan riwayat keluarga, serta faktor lingkungan seperti paparan racun selama kehamilan atau kelahiran. Sebagai contoh, Ali seorang anak 5 tahun dengan ADHD sulit mengendalikan diri dan mengontrol energinya yang seakan akan berlebih. Dia sering berlari sangat kencang tanpa control dan membuang bahkan melempar barang yang ada di sekitarnya tanpa sebab.
Jika ADHD tidak ditangani, dampaknya bisa sangat besar bagi individu, keluarga, dan kesehatan. Secara pribadi, individu dengan ADHD yang tidak mendapat penanganan yang baik sering menghadapi kesulitan akademis, karier, dan emosional, serta kesulitan dalam mengatur waktu dan menyelesaikan tugas. Selain itu, anak dengan ADHD yang tidak ditangani juga berdampak pada keluarga karena dapat menyebabkan konflik dan frustasi dalam hubungan yang disebabkan kesulitan anak dalam mengikuti aturan dan berinteraksi dengan orang lain. Dari sisi Kesehatan, tentu hal ini berdampak karena dapat memicu gangguan mental seperti kecemasan bahkan hingga depresi yang bisa menyebabkan peningkatan risiko penyalahgunaan zat dan masalah Kesehatan fisik akibat gaya hidup yang tidak teratur. Comtoh ganggua fisik lainnya seperti, gangguan tidur, obesitas, sakit kepala dan lambung akinat stress.
Gaya pengasuhan otoritatif sangat efektif dalam penaganan ADHD karena menggabungkan disiplin yang konsisten dengan dukungan emosional yang diperlukan anak dengan ADHD. Anak dengan ADHD memerlukan struktur yang jelas, aturan yang konsisten, dan konsekuensi yang adil untuk mengelola perilaku impulsif dan kesulitan fokusnya. Di sisi lain, pendekatan yang penuh perhatian dan penguatan positif, seperti memberikan pujian atas perilaku baik, dapat meningkatkan rasa percaya diri anak dan memotivasi mereka untuk berusaha lebih keras. Selain itu, komunikasi yang jelas dan pengaturan waktu yang tepat membantu anak tetap focus dan mengurangi kebingungannya. Pengobatan dengan obat stimulansia dan terapi diri
juga berperan penting terhadap penanganan ADHD. Pengaturan lingkungan yang terstruktur, seperti penggunaan jadwal yang konsisten dan pengingat visual, juga dapat mendukung pengelolaan gejala ADHD.
Terdapat lima langkah yang dapat orang tua lakukan dalam membimbing anak penderita ADHD (Efendi, dkk 2022):
- Ketika orang tua mengetahui anaknya menderita ADHD, langkah yang dapat mereka lakukan mencari informasi tentang anak penderita ADHD. Sehingga dapat mengetahui karakter nya seperti apa dan bagaimana cara memahami anak penderita ADHD tersebut.
- Perlunya kesabaran yang penuh dalam menangani sikap serta perilaku anak ADHD. Maka jika orang tua tidak bisa mengendalikan rasa sabar nya itu dapat memicu emosi anaknya dan itu dapat berdampak negatif.
- Memberikan reward secara verbal maupun nonverbal bisa dengan berupa pujian dan hadiah. Itu dapat merubah ADHD karena mereka akan merasa dihargai.
- Tidak hanya peran seorang ibu saja, melainkan peran seorang ayah pun dibutuhkan dalam penanganan anak ADHD ini, maka dari itu perlu adanya kerja sama dengan pasangan.
- Orang tua juga dapat bekerja sama dengan ahli seperti psikolog untuk membantu terapi, dengan ini mempermudah orang tua dalam memahami apa yang harus dilakukan untuk penanganan anak ADHD.
Peran parenting terhadap penanganan ADHD sangat krusial. Orang tua yang memahami kondisi ini dan memberikan perhatian yang tepat dapat membantu anak mengelola gejala ADHD dengan lebih baik. Pendekatan yang penuh kasih saying, disiplin yang konsisten, serta lingkungan yang mendukung dapat memperbaiki kemampuan anak ADHD menjalani kehidupan sehari hari. Selain itu, orang tua juga perlu bekerja sama dengan tenaga medis dan pendidik untuk merancang penanganan anak dengan ADHD tersebut agar dapat mencapai potensi terbaiknya. Dengan dukungan penuh dari orang tua, anak dengan ADHD memiliki pelusng lebih besar untuk berkembang secara optimal dan mengatasi tantangan yang mereka hadapi.
Referensi:
Centers for Disease Control and Prevention. (n.d.). Data and statistics about ADHD. Retrieved from https://www.cdc.gov/ncbddd/adhd/data.html
Efendi, A., & Tim Penulis. (2022). Strategi parenting untuk anak dengan ADHD: Panduan praktis bagi orang tua. Jakarta: Penerbit Psikologi Anak Indonesia.
Marito, T. (2025). Gangguan ADHD pada anak dan implikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Jurnal Psikologi Perkembangan Anak, 15(2), 87-101.
Silitonga, B. (2023). Peran pola asuh orang tua dalam penanganan ADHD: Sebuah studi kasus. Jurnal Kesehatan dan Psikologi Anak, 10(1), 45-60.