Oleh:
Ledy Novianty
Universitas Muhammadiyah Malang
Kesehatan mental adalah kondisi seseorang memiliki keseimbangan emosional, psikologis, dan sosial yang baik. Ini mencakup kemampuan seseorang untuk mengelola perasaan, berfikir secara jernih, berinteraksi dengan orang lain secara sehat, serta menghadapi tantangan hidup sehari-hari dengan baik. Kesehatan mental yang baik memungkinkan seseorang untuk merasa bahagia, dan mampu menjalani aktifitas sehari-hari tanpa gangguan. Peristiwa dalam hidup yang berdampak besar pada kepribadian dan perilaku seseorang bisa berpengaruh pada kesehatan mentalnya. Berbagai kondisi tersebut bisa membuat kondisi kejiwaan seseorang terganggu, sehingga muncul gejala gangguan mental.
Masalah kesehatan mental yang tidak ditangani dapat berdampak buruk pada kualitas hidup termasuk menurunnya produktifitas dan hubungan sosial. Gangguan mental yang umum terjadi antara lain depresi, gangguan bipolar, kecemasan, gangguan stres, pasca trauma, dan contoh-contoh tersebut banyak dialami oleh anak brokenhome. Brokenhome merujuk pada keluarga yang mengalami perpecahan atau ketidakstabilan, yang sering kali disebabkan oleh perceraian dan masalah serius lainnya. Brokenhome menggambarkan situasi dimana struktur keluarga terganggu, dan anak sering kali menjadi pihak yang berdampak.
Penelitian Hanafi dan Sumardi (2023) menyatakan bahwa keluarga adalah tempat tumbuh dan berkembangnya anak baik lahir maupun batin. Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari laki-laki dan perempuan serta anak-anaknya, selain itu keluarga juga merupakan tempat yang sangat penting dimana anak-anak mendapat landasan bagi perkembangan kemampuannya, sehingga kelak mereka dapat berkembang. menerima. menjadi orang yang berguna bagi masyarakat.
Seiring berjalannya waktu, tidak semuanya berjalan baik, banyak permasalahan yang bisa membuat keluarga menjadi tidak lengkap dan tidak harmonis lagi. Seringkali terjadi pertengkaran antara ayah dan ibu yang pecah dan akibatnya bisa berakhir dengan perceraian. Keluarga yang tidak lengkap dan tidak harmonis bisa dikatakan sebagai rumah tangga yang rusak. Namun kenyataannya masih terdapat anakanak yang hidup dalam keluarga yang tidak dapat menunaikan tanggung jawabnya dengan baik, yaitu keluarganya mengalami permasalahan perceraian, salah satunya adalah kematian dan Broken Home (Hanafi dan Sumardi, 2023)
Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang brokenhome, bisa menghadapi berbagai pengaruh psikologis. Dampak ini bisa bervariasi tergantung pada usia anak, serta orang tua menangani situasi tersebut. Penelitian Hafiza dan Mawarpury (2015), Anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga ”brohenhome”, dimana terjadi kurangnya kasih sayang, serta orang tua bersikap keras, atau mengabaikan nilai-nilai agama terhadap anak, maka anak akan cenderung mengalami distorsi dalam perkembangan kepribadian atau mengalami kesulitan dalam penyesuaian dirinya.
Permasalahan kesehatan mental pada anak akibat dari keluarga berantakan (broken home) dapat memberikan dampak negatif terhadap tumbuh kembang anak secara fisik, mental, dan sosial. Permasalahan sosial dan kurangnya dukungan sosial menyebabkan terjadinya depresi pada generasi muda, terutama jika mereka tidak menerima diri sendiri dan lingkungannya. Munculnya konflik internal pribadi juga dapat menyebabkan remaja menyelesaikan masalah dengan obat penenang, yang pada saat yang sama dapat menyebabkan depresi.
Kesehatan mental atau spiritual bagi seseorang sama pentingnya dengan kesehatan fisik atau fisik pada umumnya. Dengan kesehatan jiwa atau mental seseorang, maka aspek kehidupan lainnya akan berfungsi secara maksimal. Faktor penyebab perpecahan dalam negeri dapat dibedakan menjadi enam faktor yaitu; 1) komunikasi suami/istri terputus secara ekonomi, 2) egoisme pasangan yang seharusnya saling memahami dan memahami, 3) kondisi ekonomi yang buruk, 4) rendahnya pemahaman/pendidikan suami atau istri, 5) suami/istri yang sibuk, 6 ) intervensi pihak ketiga. Pada saat yang sama, dampak dari rumah tangga yang rusak (broken home) terhadap tumbuh kembang anak sangatlah negatif. Dampak tersebut antara lain perilaku agresif pada anak, kenakalan, menurunnya prestasi sekolah, perilaku menyimpang dan gangguan kesehatan jiwa akibat patah hati, rusaknya integritas, rusaknya nilai-nilai dan rusaknya hubungan.
Kesehatan mental merupakan bagian penting dari kesehatan. Pola pikir yang sehat memungkinkan orang untuk menyadari potensinya, mengatasi stres dan permasalahan hidup. Di Indonesia, gangguan mental emosional dengan gejala depresi dan kecemasan terjadi pada sekitar 6,1 % masyarakat Indonesia berusia 16 tahun keatas. Sekitar 450 juta orang diseluruh dunia menderita gangguan kesehatan mental dan perilaku, dengan angka tertinggi di India (4,5%). Satu dari empat orang akan menderita satu atau lebih gangguan kesehatan mental seumur hidupnya.
Permasalahan kesehatan mental anak yang tinggal di rumah tangga (broken home) menjadi topik penting dalam konteks sosial saat ini terkait dengan kesejahteraan anak di Indonesia. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan, sebanyak 3.172.498 atau 4,79 persen keluarga terdaftar yang tinggal di Indonesia pernah mengalami konflik perceraian. Angka tersebut menunjukkan bahwa permasalahan ini telah menjadi permasalahan yang cukup serius di masyarakat.
Cara mengatasi tantangan dan perubahan sosial ini, di perlukan cara untuk meningkatkan kesehatan mental anak-anak dari keluarga brokenhome. Salah satu cara yang mungkin menjadi kuncinya adalah memberikan dukungan psikologis kepada anak-anak yang berasa dari keluarga brokenhome. Dukungan ini dapat diberikan oleh orang tua, saudara, guru.
Selain itu, perlu dilakukan upaya kesadaran pada masyarakat terhadap pentingnya kesehatan mental anak-anak pada keluarga brokenhome. Masyarakat perlu menyadari bahwa anak-anak tersebut rentang mengalami masalah kesehatan mental dan perlu dukungan dari orang-orang disekitarnya. Akses terhadap layanan kesehatan mental juga perlu ditingkatkan, seperti bimbingan belajar, dan rekreasi dapat membantu anak-anak yang mengalami gangguan mental dan bermasalah meningkatkan kesehatan mental mereka. Dengan pemikiran tersebut diharapkan permasalahan kesehatan mental anak dapat teratasi, dan anak dapat tumbuh dan berkembang secara sehat.
Referensi:
Sigiro, J. S., Alexander, F., & Al-Ghifari, M. A. (2022). Dampak Keluarga Broken Home pada Kondisi Mental Anak. In Prosiding Seminar Nasional Ilmu Ilmu Sosial (SNIIS) (Vol. 1, pp. 766-775).