Strict Parents dan Pengaruhnya Pada Pola Kepribadian Remaja Putri

Oleh:
Mutiara Feby Renata
Universitas Muhammadiyah Malang

Pada jaman sekarang banyak sekali anak atau bahkan remaja-remaja di Indonesia yang mengalami salah pergaulan. Salah pergaulan yang dimaksud adalah buruknya lingkungan pertemanan, hal yang dilakukan saat bersama teman seperti, minum minuman keras, narkoba, atau bahkan sex bebas. Baik laki-laki maupun perempuan mulai terjerumus kedalam pergaulan bebas. Beberapa faktor yang diperkirakan menjadi alasan utama para remaja di Indonesia terjerumus ke pergaulan bebas yaitu, Lingkungan pertemanan yang toxic, tertekan karena keadaan, bullying, bahkan pola asuh yang dipilih orang tuanya. Pola asuh orang tua Indonesia pada saat ini memang sudah banyak mengalami perubahan daripada pada jaman dahulu, orang tua lebih memahami perasaan anak, mendukung apapun keputusan mereka tanpa harus memaksakan kehendaknya, bahkan memberi mereka pilihan untuk jalan hidup mereka sendiri. Tapi tak sedikit yang masih menganut pola asuh otoriter orang jaman dahulu.

Pola asuh adalah pola pengasuhan orang tua terhadap anak, yaitu bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan dengan membentuk perilaku anak sesuai dengan norma maupun nilai yang baik dan sesuai dengan kehidupan masyarakat. Menurut Edward (2006) pola asuh orang tua dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, pendidikan orang tua, lingkungan sekitarnya, dan kebudayaan yang membentuk karakter seseorang. Orang tua memiliki tanggung jawab yang besar untuk mendidik anak dan memutuskan pola asuh yang tepat untuk buah hati mereka. Penting juga bagi kedua orang tua untuk memastikan gaya pengasuhan yang diberikan dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak yang sehat. Hal itu bertujuan supaya anak tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang cerdas, mandiri, sehat, berbudi pekerti yang luhur, dan berakhlak mulia.

Gaya pengasuhan dari seorang psikolog Diana Baumrind adalah yang paling umum digunakan saat ini. Dalam teorinya, Baumrind menjelaskan bahwa ada hubungan erat antara jenis gaya pengasuhan dengan perilaku anak. Terdapat 4 jenis parenting style atau gaya pengasuhan yang perlu diketahui orang tua yaitu, Authoritarian (otoriter), Authoritative (suportif), Permisif, dan Uninvolved (tidak peduli). Nah yang akan kita bahas kali ini adalah Authoritarian atau gaya pengasuhan otoriter.  Prevalensi peduduk di Indonesia penduduk yang menerapkan pola asuh demokratis (53,85%), pola asuh otoriter (23,66%) dan pola asuh permisif (22,49%). Gaya pengasuhan  Authoritarian atau otoriter adalah gaya pengasuhan orang tua yang mengharapkan agar anak patuh dengan segala perintah tanpa ada pengecualian atau pertanyaan apapun, para orang tua yang menganut parenting style Authoritarian (otoriter) akan mendisiplinkan anak mereka dengan cara yang cukup ketat bahkan memberi hukuman apabila peraturan yang sudah dibuat tidak diikuti atau dilanggar. Strict parents adalah pola asuh otoriter dari orang tua ke anak yang serba melakukan pembatasan dan pengekangan. Pola asuh seperti ini berisiko menyebabkan anak stress, tertekan, dan berpeluang membuat anak menjadi pembangkang, karena minimnya kebebasan mengutarakan pendapat, kebebasan memilih pilihannya sendiri, rasa tertekan untuk memenuhi keingingan orang tua, serta pembatasan perilaku bahkan pergaulan mereka. Di Indonesia sendiri seperti masih banyak yang menganut pola asuh tersebut, terlebih lagi di daerah pulau Jawa seperti Solo, Yogyakarta, Rembang, dan lain-lain. Karena mereka dahulunya pemerintahan berbasis kerajaan maka tata krama, adab, serta sopan santun sangat dijunjung tinggi, terutama untuk anak gadis.

Maka dari itu banyak orang tua sekarang yang masih menganut pola asuh otoriter kepada anak mereka , terlebih lagi anak perempuan. Maksud mereka menerapkan gaya pengasuhan tersebut agar anak mereka terjaga dari yang namanya pergaulan bebas. Akan tetapi secara tidak sadar orang tua menjadi terlalu berlebihan atau posesif dalam menerapkan pola asuh tersebut, akibat yang ditimbulkan lebih parah daripada orang tua yang membiarkan lingkungan pergaulan anak mereka. Anak strict parents akan lebih liar saat mereka merasa telah bebas dari kekangan orang tua mereka, seperti burung yang keluar dari sangkar. Mereka akan mengeksplor segala hal tanpa batas hingga terjerumus kedalam pergaulan bebas yang buruk, tanpa tahu lingkungan seperti apa yang sedang mereka selami. Terlalu banyaknya batasan yang dibuat membuat anak tidak mengerti hal-hal yang harus diwaspadai dan dihindari, mereka hanya dilarang, ditekan, bahkan dipaksa untuk mengikuti aturan-aturan yang ada.

Dampak buruk yang disebabkan oleh pola asuh strict parents telah diteiliti oleh beberapa ilmuwan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Steinberg (2001), anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoriter atau strict parents cenderung mengalami tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh tekanan yang terus-menerus untuk memenuhi harapan orang tua dan kurangnya dukungan emosional. Baumrind (1966) juga menyatakan bahwa anak-anak dengan orang tua otoriter sering kali merasa tidak memiliki kendali atas hidup mereka, yang berkontribusi pada perasaan cemas dan depresi. Grolnick & Ryan (1989) menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami kontrol berlebihan dari orang tua merasa kehilangan otonomi, yang dapat menyebabkan kecemasan. Dalam jangka panjang, anak-anak ini mungkin mengalami kesulitan dalam mengelola stres dan membangun kesehatan mental yang kuat. Selain dampak buruk yang disebutkan para ilmuwan , pola asuh otoriter juga memiliki dampak positif yang antara lain, banyak masyarakat Asia yang menganggap, pola asuh ketat sebagai cara yang efektif untuk mempersiapkan anak menghadapi tantangan hidup yang kompetitif. Mempunyai prestasi akademik yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh yang lebih permisif. Orang tua yang ketat biasanya menetapkan standar tinggi untuk anak-anak mereka dan memberikan dorongan yang kuat untuk mencapai tujuan tersebut. Hal ini dapat membantu anak-anak mengembangkan etos kerja yang kuat dan keterampilan manajemen waktu yang baik.  

Kesimpulannya pola asuh otoriter memiliki dampak yang kompleks terhadap perkembangan anak. Meskipun dapat mendorong disiplin dan prestasi akademik, pendekatan yang terlalu ketat tanpa dukungan emosional yang memadai dapat menyebabkan berbagai masalah psikologis pada anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menemukan keseimbangan antara menetapkan aturan dan memberikan kasih sayang serta dukungan emosional. Dengan menciptakan lingkungan yang seimbang, anak-anak dapat merasakan manfaat dari disiplin dan struktur yang diberikan oleh pola asuh ketat, sambil tetap merasa didukung dan dicintai oleh orang tua mereka.

Referensi:
Widari, N. P., & Darmasari, A. M. (2019). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perilaku Sosial Anak Usia Prasekolah di TK Mentari Surabaya. (Judul Jurnal atau Prosiding, jika ada).

Hasibuan, R. T., Daman, & Sasmiyarti, S. (2024). Dampak Pola Asuh Strict Parents terhadap Perkembangan Psikologis Anak. Jurnal X, Vol. 7(1), 3906-3914.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *